Selasa, 04 Agustus 2009

Betapa Tak Terduganya Cara Kematian Menjemput Kita...

SEANDAINYA AKU MASIH HIDUP HINGGA MALAM NANTI....!

Seorang pria bertopi putih dan jaket hitam berjalan melintas. Ditangannya terlihat tas beroda yang terasa begitu berat. Berjalan memasuki sebuah ruangan dan tak lama kemudian... BUUUMMMMM !!!!
Entah sudah berapa kali video ini diputar oleh berbagai stasiun TV. Rasanya hampir setiap orang di Indonesia paling tidak pasti pernah menyaksikannya minimal satu kali. Pemboman Ritz Calton dan J.W. Marriot!!!

Tetapi baru kemarin malam aku melihat sisi lain dari video itu. Dan itu membuatku terpengarah. Beberapa saat sebelum kejadian itu, segalanya tampak biasa saja. Orang lalu lalang diloby. Penjaga pintu menyapa tamu dengan ramah. Demikian juga dua orang wanita, yang sedang bercakap-cakap begitu riang, berjalan menuju restaurant. Lalu seorang pria, dalam video yang berbeda, berbaju putih, bertubuh agak gemuk, berjalan mondar-mandir, kemudian perlahan-lahan seolah digiring berjalan kedalam restaurant dan tiba-tiba saja…. BUMMMMMM !!!

Perhatikan ekspresi orang-orang itu. Yang jelas, mereka semua sama sekali tidak memperkirakan kejadian itu. Asyik menjalani rutinitas dan tiba-tiba saja….maut merenggut. Tidak sempat berpamitan, tidak sempat mengucapkan maaf, dan tidak sempat memohon ampun. Sebenarnya bukan hal yang baru. Sedang tidur-tiduran tiba-tiba saja ada pesawat nyasar yang menabrak rumah. Sedang asyik mengendara mobil eh ketimpa pohon yang tumbang. Sedang sarapan eh kena bom. Sedang ketawa-tawa eh ketimpa papan iklan. Main tenis kemudian kena serangan jantung. Dan selanjutnya… dan selanjutnya… skenario nya bisa jadi tak terbatas.

Siapakah yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi padanya satu menit kemudian dalam hidupnya ? Bahkan Mama Laurent yang biasa berkomentar : Si A akan begini, nanti begitu, besok beginu dan lain sebagainyapun pasti akan membisu, kalau saja diberi pertanyaan : “Ramalan Anda tentang hidup Anda sendiri bagaimana ?”. Seandainya dia tahu –tentunya dengan tidak menipu- aku akan berlari bugil mengitari Senayan !

Jika demikian, siapa yang dapat menjamin bahwa ia tetap masih hidup, satu jam kedepan ? TIDAK ADA!!! Apakah benar hidup ini demikian rapuh ? Bagi sebagian orang jawabannya adalah : YA ! Tetapi belum tentu buat yang lain. Banyak pula orang yang “dipanggil pulang” dengan cara yang mulia. Sama sekali tidak bermaksud menghakimi siapapun. Tetapi jika seandainya aku mendapat kasih karunia untuk memilih, kiranya IA mengijinkanku pulang dengan tenang. Setelah genap umurku, selesai tugasku dan dalam keadaan siap.

Takdir memang kadang terasa liar, bebas dan tidak berpihak. Easy come, easy go. Semau-maunya. Untunglah ada DIA, Sang Penguasa Takdir. Kehadiran NYA menjamin tidak akan ada yang kebetulan dalam hidup ini. Tidak ada. Agaknya aku bukanlah pemilik sebenarnya diri ku. Hidup ini adalah milik-Nya. DIA lah pemilik tunggal : orang tua, istri, anak, tetangga, saudara dan teman. Pada saat Sang Pemilik ingin mengambilnya, maka tidak ada yang dapat mempertahankannya. Sehebat apapun dia berusaha.

Jadi seandainya saja aku masih bernafas detik ini, maka aku harusnya menghormati “kemurahan-NYA” itu. Setiap pagi harusnya aku sambut dengan sujud syukur. Aku sewajarnya berusaha hidup menurut standard NYA. Berprestasi habis-habisan. Mengasihi istri, orang tua, keluarga, pembantu sedalam-dalamnya. Memberikan kontribusi sebesar mungkin bagi orang lain. Bukannya malah menyia-nyiakan hidup dengan kekhawatiran, frustasi, dendam, iri hati dan segala yang menghabiskan waktuku dengan percuma. Benar-benar kesempatan yang harus digunakan sebaik mungkin.

Terima kasih TUHAN, jika selama ini Engkau masih bersabar menungguku berkubang dalam kebebalan. Maafkan ketidaktahudirian ku ini ya TUHAN. Terlalu sering aku memperlakukan hidup ini bukan sebagai anugrah luar biasa dari MU. Memperlakukannya seolah aku adalah pemilik nyawaku sendiri. Memperlakukannya seolah-olah Engkau tidak tahu apa yang ku pikirkan, apa yang ku katakan dan apa yang ku perbuat.

Terima kasih jika selama ini pasukan malaikat Mu, tanpa aku sadari selalu berjaga-jaga atas ku. Memindahkan paku berkarat yang tergeletak dijalanku. Menggembosi ban mobilku, agar aku tidak melintasi jalan yang akan ditumbangi pohon itu. Membuat aku terlambat, agar tidak menaiki pesawat yang akan celaka itu. Semata-mata agar aku mendapat kesempatan “pulang” dengan selamat. ***

-- with friendship, respect & blessing


(thanks a lot 2 my cyber-friend whom send this valuable email 2 me)

Rabu, 17 Juni 2009

CAFE HIU HADIR DI SURABAYA




KINI MASYARAKAT SURABAYA BISA MENIKMATI HIDANGAN DAGING HIU
TANPA HARUS KE HOTEL BERBINTANG


Bermula dari keinginan untuk punya bisnis sendiri walaupun kecil-kecilan (setelah jenuh hanya jadi pegawai di sebuah BUMN), akhirnya lewat pembicaraan santai dengan seorang teman, terbetik ide untuk membangun bisnis di bidang kuliner, sesuai minat kami berdua. Kebetulan pula, teman saya ini sudah berpengalaman menjadi mitra SOGO dalam melayani catering seluruh karyawan SOGO, baik yang di Tunjungan Plaza maupun yang di Galaxi Mall. Jadi, bisnis kuliner bukan hal asing baginya.

Tapi mo jual makanan apa yach? Surabaya adalah surga bagi penikmat kuliner, so, hampir semua masakan dijual di kota ini. Akhirnya, muncullah ide membuat resto yang khusus menyajikan aneka masakan dari ikan hiu. Kebetulan teman saya ini punya kenalan eksportir hiu dan dia sudah beberapa kali pernah membeli hiu sisa ekspor untuk diolah jadi masakan. Hiu! Ya, kuliner jenis ini masih langka di Surabaya! Kalo nasi bebek, burung dara goreng, ayam kampung, sampe belut pun sudah banyak dijual mulai dari warung kaki lima sampai restoran. Jadi, pilihan untuk menyajikan aneka hidangan dariikan hiu, tampaknya bukan keputusan yang salah. Setidaknya belum banyak pesaing.

Lokasi yang kami pilih untuk buka warung adalah Royal Plaza, salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di Surabaya selatan (agak ke barat) ini pengunjungnya cukup rame kalo pas weekend, bahkan di hari biasa pun gak sepi-sepi amat. Mayoritas pengunjung Royal Plaza adalah masyarakat kelas menengah yang umumnya berbelanja bersama keluarga, atau anak muda yang datang berombongan dengan teman-teman atau pacar. Memang niat kami adalah menghadirkan sajian daging hiu – yang selama ini selalu identik dengan harga mahal – bagi masyarakat kelas menengah yang pengen mencicipi ikan yang hidup di laut dalam ini. Dengan porsi sedang, kami bisa menyajikan aneka masakan daging hiu dengan harga cukup terjangkau, berkisar antara Rp. 10.000,- s/d Rp. 15.000,-.

Ikan hiu atau dalam bahasa latinnya disebut Pomacanthus Navarthus banyak sekali kita temukan di perairan Indonesia. Ikan hiu merupakan 7% dari seluruh jenis ikan yang ada. Sebagian besar menghuni perairan laut di semua samudera maupun perairan air tawar. Jenisnya beranekaragam mulai dari yang terbesar yaitu ikan hiu paus (whale shark), Rhincodon typus yang berukuran panjang tubuh 14 meter hingga yang terkecil berukuran panjang 15 cm yaitu Squaliolus laticadus. Separuh dari semua jenis ikan hiu panjangnya tidak lebih dari 1 meter dan sekitar 80% ukuran tubuhnya lebih kecil dari ukuran tubuh orang dewasa umumnya. Menurut evolusi, ikan hiu merupakan salah satu hewan yang dapat hidup di laut selama ratusan juta tahun lamanya. Mereka mampu melawan kepunahan melalui keanekaragaman relative. Oleh sebab itu menjadi species indicator yang baik guna mengukur dampak kegiatan manusia di dalam ekosistem laut. Di dalam rantai makanan pada ekosistem laut, ikan hiu menduduki tingkatan konsumen puncak (top level) sebagai predator yang amat berpengaruh bagi keseimbangan ekosistem. Banyak pakar kelautan meyakini bahwa ikan hiu merupakan mahluk vital dalam menjaga keanekaragaman hayati, khususnya di perairan laut.

Ikan Hiu memiliki keistimewaan punya 7 (tujuh) indra, yakni pendengaran, penciuman (dapat mencapai beberapa mil jauhnya), peraba (touch), penglihatan, pengecapan (taste), rangsangan listrik (electrosense) serta garis tepidan organ-organ titik (pit organ) untuk menangkap getaran yang lemah. Ikan bertulang rawan ini dikenal sebagai jenis yang mampu bermigrasi sangat jauh (migratory species) mengarungi samudera melintasi batas Negara dan benus untuk mencari pakan dan berproduksi. Menurut laporan Wild Aid : The of the Line ? Global Threat to Shark yang ditulis Susie Watts (2001), seekor ikan hiu biru (Blue shark), Prionace glauca yang diberi tanda (tag) di Tasmania tahun 2000 tertangkap di perairan bagian tenggara Afrika yang berjarak lebih kurang 9.500 km. Kejadian serupa dialami pula oleh ikan hiu jenis Spiny dogfish, Squalus acanthias yang diberi tanda (tag) di Negara bagian AS, muncul perairan Jepang tujuh tahun kemudian setelah menempuh perjalanan sejauh 6.600 km. Tertangkapnya ikan hiu tersebut sebagian besar adalah karena tersangkut jarring longline oleh kapal penangkap ikan.
Selain dagingnya, bagian-bagian tubuh ikan hiu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia antara lain :
· minyak hati untuk bahan pencelupan dan industri tekstil, pabrik pelumas, cat, kosmetik,
· sumber vitamin A dan produk farmasi,
· squalane dari hati untuk dibuat dibuat obat (bersifat medis),
· darah digunakan dalam bidang kedokteran (anti koagulan),
· kornea mata untuk transplantasi mata manusia,
· tulang rawan dan sari tulang rawan digunakan untuk pengobatan penyakit tulang, kanker,
· kulit biautan dan obat luka bakar,
· gigi untuk perhiasan dan senjata (oleh suku maori) serta cindramata,
· kulit digunakan untuk bahan makanan, penggosok dan pembuatan pakaian renang
· sirip punggung merupakan makanan mahal setelah dibuat soup. Harga semangkuk soup sirip hiu mencapai US$ 100,00 di restoran-restoran seafood di seluruh dunia.

Beberapa khasiat ikan hiu antara lain :
1. Squalene sebagai penguat dan penambah gairah hidup
Pada Lansia dapat memulihkan kadar hormon estrogen (pada wanita) maupun testoteron (pada pria), sehingga dapat meningkatkan meningkatkan gairah seks, memperbaiki & meningkatkan fungsi kelenjar kelamin dan pituitari yang terkenal sebagai pangkal reaksi sumber gairah.

2. Sebagai penguat fungsi dan penyembuh penyakit hati
Kesimpulan beberapa rumah sakit milik Universitas di Tokyo & Fakuoka serta RS Nasional di Jepang, setelah dicoba untuk mengobati para penderita radang hati/Lever.

3. Berkasiat Untuk Penyakit deabetes militus (dapat menstabilkan kadar gula darah dalam tubuh)
Kencing manis (Diabetes militus) adalah suatu penyakit akibat kekurangan insulin. Insulin adalah sejenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Squalene adalah bahan baku untuk pembuatan hormon insulin. Squalene selain berfungsi untuk memperkuat dan memperbaiki kelenjar pancreas, juga membantu mempertinggi produksi Insulin.

4. Meningkatkan Ketahanan Tubuh(menjaga stamina)
Molekul squalene terdiri dari polimer isoprene yang disebut terpene dan triterpene. Zat ini sudah terbukti sebagai interferon inducer. Interferon dapat meningkatkan jumlah & aktifitas sel-sel dalam sumsum tulang, kelenjar getah bening, hati & tymus sehingga dapat membantu memperbaiki sistem ketahanan tubuh (sistem immunologi).

5. Berfungsi Sebagai Desinfektan Pada Luka
Squalene adalah sebagai sumber pensuplai oksigen yang efektif. Seperti halnya pada Ozon (O3) yang bersifat pensteril dan pensuplai O2. Luka atau radang bukan saja menjadi steril dan cepat sembuh , tetapi juga tidak terasa nyeri/sakit .

6. Menghilangkan Letih Lesu Dan Pegal Linu
Rasa letih lesu & pegal linu akibat dari pengendapan asam laktat di dalam otot skelet karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna. Squalene yang kaya akan oksigen di dalam tubuh akan mengalir dan menyebar ke semua jaringan tubuh dan mensuplai oksigen. Dengan demikian asam laktat yang mengendap dalam serabut otot akan dioksider sampai habis menjadi CO2 , H2O dan energi. Maka akhirnya fungsi otot pulih kembali dan badan merasa segar dan sehat.

7. Pelembab , Pelicin Dan Penghalus Kulit
Squalene bila dioleskan pada kulit dengan mudah sekali dapat diserap. Squalene sudah dapat diserap dalam waktu 0,5 detik dan tersebar seluas 1 mm dan dalam waktu kurang dari 1 menit sudah mencapai dan tersebar dalam pembuluh darah kapiler. Karena squalene adalah konstituen normal dan getah sebum maka sangat bermanfaat sekali sebagai pelembab , pelicin , penghalus dan penghilang keriput kulit.

8. Bermanfaat Untuk Tukak Lambung Dan Usus Duabelas Jari
Menurut majalah kedokteran Amerika , dilaporkan bahwa squalene sangat bermanfaat dan berkasiat untuk mengobati tukak lambung dan usus duabelas jari tanpa menimbulkan efek samping.

9. Dapat Mencegah Kanker
Dr. Tsujimoto telah menguraikan bahwa squalene berperan sebagai pensuplai oksigen dan memperlancar serta mempertinggi metabolisme. Dengan demikian jaringan kanker yang miskin akan oksigen dan asam itu dapat dinetralisir oleh squalene yang kaya oksigen.
Squalene mengandung senyawa yang terdiri dari terpene dan triterpene , kedua zat kimia ini sudah dibuktikan berfungsi sebagai interferon inducer. Zat yang akhir ini berfungsi meningkatkan dan mengaktifkan sel-sel limfosit T , terutama Natural killer cell. Natural killer cell adalah pembunuh sel-sel kanker.

10. Dapat menstabilkan fungsi kerja Jantung
Beberapa riset sebelumnya melaporkan bahwa peningkatan konsumsi ikan hiu atau pun minyak ikan berdampak pada penurunan risiko kematian akibat serangan jantung. Fakta ini pun lalu memunculkan ide bahwa minyak ikan dapat menyeimbangkan atau menstabilkan ritme jantung.
(sumber : www.forumkami.com/forum/kesehatan/)

Bagi anda yang ingin mencicipi kelezatan ikan hiu yang bermanfaat bagi kesehatan, silakan kunjungi Café kami : CAFÉ HIU di Royal Plaza, Jl. A Yani, Surabaya, Lantai 3, STUDIO Foodcourt Blok O2 no.12. Kami mulai buka sejak 20 Juni 2009, setiap hari mulai jam 10.00 WIB sampai 21.00 WIB. Kecuali hari Senin, kami tutup. Khusus hari besar ato libur nasional, meski Senin kami tetap buka seperti biasa.
Komitmen kami adalah menyajikan makan sehat berkhasiat. Masakan di Café kami dijamin bebas MSG (monosodium glutamat). Selama bulan promosi dari tanggal 20 Juni 2009 s/d 20 Juli 2009 untuk setiap pembelian senilai Rp 30.000,- atau lebih (tidak berlaku kelipatan) akan mendapat voucher potongan harga yang dapat digunakan untuk pembelian berikutnya. Jadi, tunggu apa lagi?! Ajaklah serta keluarga, kerabat dan rekan-rekan anda berwisata kuliner di Café Hiu.


by : Ira (Sby, 17 Juni 2009)

Selasa, 12 Mei 2009

ALLAH-lah sebaik-baik Pelindung

ADA YANG ANTI MALAIKAT IZRAIL ENGGAK YA?!

Udah beberapa hari ini hampir semua stasiun televisi di Indonesia dilanda demam Obama. Semuanya ikutan heboh menjelang pelantikan Presiden ke-44 negara Adikuasa itu. Mungkin masa kecil Obama yang pernah dilewatkan di Indonesia dan ber-ayah tiri-kan orang Indonesia, membuat masyarakat kita jadi merasa punya hak untuk ikut berbangga saat “anak Menteng Dalam” itu terpilih jadi Presiden kulit hitam pertama di negara yang punya aturan tak tertulis bahwa presiden mereka harus memenuhi kriteria WAP – White, (keturunan) Anglosaxon, dan (beragama) Protestan.
Tapi yang paling bikin saya berdecak kagum adalah liputan tentang mobil kepresiden Barrack Obama yang dikenal dengan nama 2009 Cadillac Presidential Limousine, yang konon tak mempan segala macam teror! Wouw!
Amerika memang negara paling paranoid terhadap segala bentuk terorisme. Sepertinya mereka bahkan selalu berpikir bahwa negara dan para pemimpin mereka bakal selalu jadi sasaran terorisme. Tengok saja bagaimana standar pengamanan gedung-gedung Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Amerika di berbagai negara. Selalu saja dikelilingi pagar tinggi dan tertutup yang tak mudah dipanjat dan diterobos oleh demonstran paling “bonek” sekalipun. Tampaknya Amerika paham betul bahwa negara mereka di manapun berada selalu jadi sasaran demonstrasi.

Kini, tak cukup hanya memagari gedung perwakilannya di negara lain, mereka bahkan membuat benteng yang kokoh lagi kuat buat Presidennya yang sehari-hari berkantor di pusat pemerintahan USA – White House – di Washington DC. Mobil yang sehari-hari kebanyakan akan menghabiskan waktunya berkendara di jalanan di dalam negeri sendiri pun harus dipastikan memiliki standar pengamanan super prima. Mobil Cadillac GTS Presidential Limousine ini dilengkapi senjata dan tahan kendati dihantam roket pelontar granat sekalipun! Nicholas Trotta, asisten direktur untuk Operasi Perlindungan Kantor Kepresidenan dalam pernyataannya menjelaskan bahwa sistem pengkodean komunikasi yang ada di dalamnya menjadikannya sebagai kendaraan dengan penerapan teknologi paling canggih di dunia. Mobil ini juga antibom dan kebal terhadap serangan kimia. Cadillac, satu divisi satu General Motors Corp, mengeluarkan pernyataan bahwa Cadillac sudah memastikan setiap detil dari rancangannya tidak mengalami kebocoran saat dirakit. Mobil ini sudah menjalani serangkaian ujian ekstrem, di mana banyak prototype yang hancur sebagai bagian dari penyempurnaan mobil ini untuk memastikan keamanan Obama. Dikatakan, kemampuan mobil ini memberikan perlindungan sama baiknya dengan tank. Dapat melindungi penumpangnya dari serangan granat bahkan asteroid. Benar-benar sempurna dari sisi keamanan!

Jendela-jendelanya yang berukuran besar itu sudah pasti anti peluru. Tak cukup hanya itu, mobil limousine tersebut dilapisi pelindung yang tebalnya 5 inchi dan bagian dalamnya bisa diisolasi dari bagian luar. Pelapis bodynya terbuat dari baja berteknologi dual hardness, titanium, aluminium, baja keras ganda dan keramik. Bagian bawah chassis juga dilapisi baja setebal 5 inchi.
Kalau kaca mobil berukuran 0,5 inchi saja mampu menahan serangan peluru dari pistol kaliber besar Magnum 44, maka kaca dengan ketebalan 1,25 – 1,5 inchi akan mampu menahan serangan peluru dari senapan serbu. Body dengan pelapis setebal itu dirancang bakal tahan menghadapi gempuran roket peluncur tangan sekalipun! Benar-benar sebuah benteng berjalan!

Feature yang melengkapi “benteng berjalan” itu sangatlah canggih. Ada kamera pandangan malam (night vision), sistem pemadam kebakaran on board, dan kabinnya dilengkapi dengan lapisan interior khusus yang mampu menangkal serangan gas kimis berbahaya dan peralatan elektronik canggih. Ban mobil yang kabarnya segede ban truk itu diperkuat dengan serat Kevlar yang anti sobekan dan anti bocor dengan pinggiran baja. Velgnya masih mampu menggelinding meski ban mobil terkelupas. Pokoknya hanya ada satu kata yang pantas diberikan untuk mobil super canggih ini : HEBAT!

Berada didalamnya tentu siapapun akan merasa aman, tak perlu takut menghadapi ancaman serangan apapun yang mengancam nyawa. Teknologi super canggih telah mampu melindungi presiden negara adidaya dari berbagai kemungkinan teror. Sama sekali tak ada yang perlu dikhawatirkan! Benarkah demikian?! Lalu kenapa Amerika yang sudah puluhan tahun menjadi “polisi dunia” itu merasa perlu membentengi presiden mereka dengan kendaraan sekokoh itu? Apakah ini bukannya justru sebuah bukti bahwa Amerika selalu berada dalam ketakutan dan kecemasan, seolah negaranya selalu berada dalam ancaman bayang-bayang terorisme? Yah…, itulah Amerika! Negara yang penuh dengan paradoks!

Namun terlepas dari semua itu, benarkah dengan piranti berteknologi super canggih kita dapat membentengi diri sedemikian rupa? Terjaminkah keamanan seorang Presiden dari kematian ketika berada di dalam wahana yang dilindungi dari berbagai kemungkinan yang dapat mencelakai dirinya? Seorang teman saya berkelakar : jangan-jangan nanti Obama sembelit, gak bisa B.A.B 3 hari 3 malam, trus…, mati deh gara-gara sembelit! Itu memang cuma kelakar saja, walaupun bisa saja terjadi seorang Presiden negara adidaya mati karena sembelit. Artinya : yang lebih dibutuhkan Obama adalah sebuah wahana yang anti malaikat pencabut nyawa. Masalahnya : adakah suatu benteng di dunia ini yang tak mempan di tembus Izrail sang pencabut nyawa?

“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS. An-Nisa : 78). Artinya : secanggih apapun teknologi yang dibangun untuk membentengi diri dari kematian, jika telah sampai waktunya, maka benteng itu menjadi tak berarti apa pun! “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati, melainkan dengan ijin ALLAH, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. …” (QS. Ali ‘Imron : 145). Jika ayat yang pertama menunjukkan bahwa tak ada gunanya kita bersembunyi dari kematian, maka ayat yang kedua menunjukkan bahwa tak seorang pun bisa mempercepat kematian orang lain, tanpa ijin ALLAH. Meski pun Obama berjalan tanpa pengawalan, melenggang diantara gedung-gedung tinggi yang potensial menjadi tempat bertenggernya penembak-penembak jitu yang mengarahkan moncong revolvernya ke arah kepala Obama, kalau Allah belum menuliskan kematiannya hari itu, maka tak satu pun peluru akan mempan mencabut nyawanya.

ALLAH! Sekali lagi hanya ALLAH-lah tempat berlindung, tempat memohon perlindungan, dan hanya dengan cara ALLAH saja kita bisa melindungi diri dari segala mala petaka, bahkan maut sekalipun. Nyawa kita cuma titipan, yang berhak mengambilnya kembali hanya pemiliknya yang sah! Di saat DIA menarik kembali nyawa titipan itu, siapkah kita mengembalikannya dalam keadaan suci? Sekali lagi, hanya ALLAH pula-lah yang mampu mengawal kesucian perjalanan hidup kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah terus menerus mengingat ALLAH, mengingat saat-saat perjumpaan denganNYA, saat kita dimintai pertanggung-jawaban atas segala amanah yang dibebankanNYA pada kita. Kalau kita sudah berlindung pada ALLAH, maka…apalagi yang masih mampu membuat kita takut? Gantilah rompi anti peluru, gantilah masker anti gas kimia, dengan dzikir Asma’ul Husna. Praktis, murah, mudah, tanpa perlu persiapan yang ribet, dan… tak perlu ada orang lain yang tahu! Insya Allah kemanapun kita melangkah, Allah bersama kita. Hasbiyallaahu wa nikmal wakiil, nikmal maula wa nikman nashiir…!

Surabaya, 25 Januari 2009
by Ira (ketika aku terbaring sakit & kudapati betapa lemahnya diriku...)

Kamis, 31 Juli 2008

NIKMAT ALLAH VS KEPATUHAN KITA

HITUNG-HITUNGAN DENGAN ALLAH

Sebuah acara infotaintment yang ditayangkan salah satu TV swasta mengupas tuntas berita tentang dilarangnya konser si “ratu ngebor” Inul Daratista di Johor Bahru, Malaysia. Dalam tayangan diberitakan betapa shock-nya Inul mendengar pelarangan konsernya oleh Pemerintah daerah setempat secara sepihak, padahal sejak semula panitia sudah mengantongi ijin. Tampak Inul sampai pingsan dan lemas, dipapah oleh Tim Manajemennya, bahkan sesampai di kamar hotelnya Inul sampai berteriak histeris! Menggambarkan betapa rapuhnya mental Inul

Saya sama sekali bukan penggemar atau pendukung Inul, bukan anggota FBI (Fans Berat Inul), bahkan sejak semula Inul ngetop dengan goyang ngebornya 5 – 6 tahun silam, saya termasuk yang risih melihatnya tampil di atas panggung sambil berkali-kali membelakangi penonton untuk mempertontonkan – maaf – pantatnya yang bergoyang-goyang ala gerakan mesin bor, sambil ratusan pasang mata penonton membelalak, na’udzubillah! Apalagi pakaiannya ketat membalut tubuh, mencetak dengan jelas lekuk-liku tubuh moleknya yang sintal. Penonton yang mayoritas kaum Adam, pastilah tergiur dengan kemolekan tubuhnya dan goyangannya yang bisa bikin aliran darah jadi lebih cepat dan jantung berdegup lebih kencang!

Kritikan pedas terhadap goyangan Inul kala itu – terutama yang dimotori raja dangdut Rhoma Irama – kontan menghadapi serangan balik dari para pendukung tontonan sensual. Pro – kontra yang timbul justru makin melambungkan popularitas Inul dan membuatnya makin laku keras.Terjadilah “simbiosis mutualisme” antara Inul dan para pendukung pornografi dan pornoaksi. Ketika DPR sedang disibukkan membahasa RUU APP (Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi) beberapa tahun lalu, Inul kerap ikut berdemo bersama para aktivis lainnya, menolak RUU tersebut. Menurut kelompok ini, aksi semacam yang dilakukan Inul sama sekali bukanlah pornoaksi. “Kemenangan” berada di pihak kelompok ini. Terbukti sampai sekarang RUU tersebut tak pernah kelar apalgi resmi disahkan sebagai Undang-Undang.

Dua tahun belakangan kontroversi itu sudah tak lagi mengemuka. Inul sudah bebas berekspresi. Namun kasus pelarangan konsernya di Johor Bahru tiba-tiba menyentakkan jagad hiburan. Kabarnya, Inul shock berat bukan cuma karena konsernya dibatalkan, tapi terlebih dia takut menghadapi opini publik dan pemberitaan pers di negeri sendiri, sampai-sampai ia takut pulang ke Indonesia. Tak tahu harus berkata apa bila pers menyerangnya dengan berbagai pertanyaan seputar pembatalan konsernya.

Dalam kesedihannya itu Inul mengungkapkan suara hatinya kepada wartawan infotainment yang mewawancarainya. Yang paling menggelitik hati saya antara lain pernyataannya bahwa ia kini sudah berhaji, jadi tak akan lagi menyuguhkan goyangan yang tergolong pornoaksi. Berarti, dengan kata lain Inul mengakui bahwa aksi panggungnya sebelum ia pergi haji termasuk kategori “pornoaksi” dong! Nah, kalo selama ini Inul aktif ikutan demo menolak RUU APP dan ngotot bahwa goyangannya bukanlah pornoaksi, berarti itu bentuk kemunafikan dirinya sendiri dong?!

Yang lebih membuat saya mengelus dada, Inul sempat berkata bahwa ia sempat kecewa dan marah pada Tuhan. Kurang lebih ungkapan kalimat Inul seperti ini : “Kupikir Tuhan sudah gak sayang lagi sama aku. Kalo gitu aku gak mau sholat lagi ah!”. Walau kemudian Inul mentertawakan kemarahannya itu, namun ada hal penting yang kiranya perlu digarisbawahi dan kita renungkan bersama.

Semudah itukah kita memvonis Allah tak sayang lagi pada ummatnya? Lalu bagaimana dengan rahmatNYA yang bertebaran di muka bumi yang sejak kita dilahirkan sudah kita reguk sepuasnya? Tidakkah semua itu bukti kasih sayang Allah yang selalu kita lupakan mensyukurinya, karena kebanyakan dari kita berpikir bahwa semua itu “memang sudah seharusnya” demikian. Kalau saja sekali waktu Inul membaca tulisan ini, saya ingin mengajaknya merenungkan dan menghitung nikmat apa saja yang telah Allah berikan padanya serta balasan apa yang sudah Inul persembahkan pada ALLAH. Apakah sudah sepadan nikmat yang diterima Inul dengan ketaatannya pada Allah?!

Sebagai orang Jawa Timur, saya tahu persis bagaimana perjalanan karir Inul merambah dunia hiburan. Dimulai dengan kiprahnya menyanyi di panggung-panggung dangdut dari satu kampung ke kampung di Pasuruan dan sekitarnya yang kerap digelar. Mulai pentas tujuhbelasan (memperingati HUT RI 17 Agustus), panggung sunatan, hajatan pengantin, dan lain-lain, lama kelamaan goyangannya uang khas dan hot membuatnya makin dikenal lewat video-video amatir pertunjukannya di pentas-pentas musik dangdut di kampung. Mulailah Inul menjadi artis penyanyi profesional di beberapa klub disko dangdut di Surabaya. Inilah jalan panjang yang diretas Inul sampai akhirnya membawanya ke jajaran papan atas artis dangdut Ibukota bertarif milyaran. Semua itu memang didapat Inul melalui perjuangannya menciptakan satu ciri khas goyang ngebornya yang saat itu tiada duanya. Berbekal wajah yang cukup lumayan manis, body sexy yang selalu terjaga, goyang ngebor yang hot dan aduhai serta performa panggung yang selalu prima – ya, Inul memang layak diacungi jempol karena mampu membawakan beberapa lagu sekali manggung sambil bergoyang hebat tapi kualitas vokalnya tetap prima – membuat Inul makin diperhitungkan di jagad hiburan. Lalu pernahkah Inul berpikir bahwa semua itu dari mana ia dapatkan? Apakah ia bisa dengan sendirinya mengukir paras manisnya? Apakah Inul menciptakan sendiri jalinan pita suara yang mampu menghasilkan olah vokal yang bagus? Apakah body sexynya ada begitu saja? Tentu saja tidak! Semua itu ada karena kehendak dan karunia Allah!

Kalo Allah berkehendak lain, IA bisa saja menciptakan Inul kecil – yang nama aslinya Ainur Rohimah, sebuah nama yang indah dan pasti mengandung makna dan doa, ketimbang nama artisnya : Inul Daratista yang tak punya arti apapun selain aspek populis – bertampang pas-pasan, berkulit kelam, bertubuh cacat dengan komposisi pinggang dan pinggul yang tak proporsional misalnya, atau kakinya panjang sebelah. Allah juga bisa membuatnya terlahir dengan bibir sumbing yang menghasilkan sura sengau, atau bahkan lebih fatal lagi Allah bisa saja membuat Inul tuna wicara! Tapi tidak! Allah dengan sifat Rahman dan RahimNYA telah menciptakan Inul terlahir sempurna. Allah juga telah membekali Inul dengan talenta yang luar biasa. Allah pula yang telah memberikan kesempatan pada Inul untuk tetap sehat, vitalitas prima dan terjaga, sehingga setiap shownya selalu sukses. Allah jua lah yang telah membayar seluruh upaya Inul dengan kesuksesan seperti apa yang telah ia dapat sekarang. Pendek kata : tak terhitung nikmat Allah yang diberikan buat Inul selama ini!

Nah, sekarang mari kita berhitung berapa banyak yang Inul “bayarkan” pada Allah sebagai wujud rasa syukurnya atas semua nikmat dan karunia itu? Lahir dan dibesarkan di Pasuruan yang dikenal cukup agamis, saya yakin Inul cukup mengerti nilai-nilai Islam yang by nature diajarkan oleh lingkungan di sekitarnya. Umumnya masyarakat di sana – campuran antara etnis Jawa dan Madura – adalah jebolan pesantren, yang dalam dalam tradisinya sangat mengagungkan para Kiai dan Ulama’. Penampilan keseharian masyarakatnya sedikit banyak mencerminkan budaya Islami. Sejak dulu para perempuan disana kebanyakan mengenakan baju panjang dan berkerudung – bahkan ketika jilbab belum populer – serta kaum prianya bersarung. Khas penampilan masyarakat Islam tradisional. Jadi tentunya Inul tahu betul bahwa gaya berpakaiannya kini sudah jauh keluar dari “pakem” gaya berpakaian masyarakat Pasuruan kebanyakan yang nota bene agamis itu. Memang sih warga sekitar kampung Inul kagak ada yang protes soal penampilan Inul – kayaknya sih, so far tak ada yang mengemuka ke media massa – malah bangga warganya jadi penyanyi top!

Tapi yang akan saya bicarakan dalam tulisan ini adalah bagaimana Inul “membayar” segala nikmat yang Allah limpahkan padanya secara cuma-cuma. Allah yang Maha Kaya dan Penguasa alam semesta memang tak membutuhkan bayaran apapun dari kita. Bahkan seandainya seisi bumi ini tak tahu berterimakasih padaNYA, tak akan mengurangi KekayaanNYA. Kalaupun semua manusia ingkar kepadaNYA, tak akan mengecilkan KekuasaanNYA! Tapi, sebagai makhluk beradab, pantaskah kita menunjukkan perilaku tak tahu berterimakasih? Bahkan kepada sesama manusia pun kalo kita bersikap seperti itu niscaya akan dibilang tak tahu diri!
Tugas kita sebagai hamba ALLAH untuk menunjukkan rasa syukur dan terimakasih kita padaNYA cukuplah dengan menunjukkan kepatuhan pada perintahNYA, meninggalkan apa-apa yang dilarangNYA, senantiasa merawat nikmat pemberianNYA dengan sebaik-baiknya, serta mendayagunakan semua nikmat yang diberikanNYA dengan cara-cara yang diridhoiNYA. Lalu bagaimana dengan Inul? Sudahkah iya melakukan 4 hal itu? Allah jelas-jelas memerintahkan kaum wanita untuk menutup auratnya di depan laki-laki bukan muhrim, sudahkah Inul patuh? Allah jelas-jelas melarang wanita meliuk-liukkan tubuh di depan lelaki bukan muhrim, sudahkah Inul meninggalkannya (atau justru menciptakan suatu bentuk liukan tubuh sensual yang khas?). Sudahkah semua nikmat yang diberikan Allah secara cuma-cuma itu digunakan Inul dengan cara-cara yang diridhoi Allah? Inul tentu lebih bisa jujur menjawabnya!

Kalo Inul belum mematuhi perintah Allah, belum meninggalkan larangannya secara total, belum memelihara diri dan mendayagunakan kemolekan tubuhnya untuk mencapai ridho Allah, kemudian Allah murka dan muak melihat tingkahnya yang seolah “mengejek” Allah – bahkan bergabung dengan kelompok yang menentang larangan Allah – maka pantaskah Inul memvonis Allah tak lagi sayang padanya? Bukankah ia yang lebih dulu berpaling dari Allah? Adilkah kalo Inul hanya menyalahkan Allah yang seolah berpaling darinya?

Cukupkah “haji”nya dijadikan tawar-menawar dengan Allah? (Sebab saya juga dengar pernyataan Inul : “Saya kan sudah pergi haji”). Haji hanyalah salah satu saja perintah Allah dari 5 rukun Islam, diwajibkan bagi yang mampu. Kalo menilik ukuran finansial, seharusnya Inul bahkan sudah pergi haji sejak 5 – 6 tahun yang lalu. Karena saat itu ia sebenarnya sudah tergolong mampu. Untung saja Allah masih memberinya kesempatan kendati Inul telah mengulur-ulur waktu untuk menjalankan ibadah yang wajib. Dengan pergi haji seharusnya Inul justru makin paham aturan Islam. Kalo hajinya mabrur, Insya Allah ia akan makin mudah untuk tunduk patuh menjalankan perintah Allah dan kontan meninggalkan sama sekali larangan Allah. Kalo saja hidayah Allah berkenan menghampirinya… Tapi itulah, pergi ke tanah suci tak menjadi jaminan kita mendapat hidayahNYA.

Lalu, layakkah seorang yang sudah haji kemudian menerima cobaan kecil saja sudah menyalahkan Allah, bukannya introspeksi atas kekurangan kita mengabdi pada Allah?! Pantaskah kalo kemudian mengancam tidak akan sholat lagi, seolah Allah mempan diintimidasi?! Seolah Allah yang butuh banget dengan sholat kita. Seolah kalo kita gak sholat maka Allah tak lagi punya “pasukan”. Seolah Allah sangat butuh sesembahan kita. Tidak! ALLAH Maha Agung! IA Kuat! IA tak akan pernah lemah hanya karena segelintir orang tak lagi patuh beribadah padaNYA! KeagunganNYA tak bertambah karena sesembahan kita pun juga tak berkurang karena kita tak lagi menyembahNYA. IA tetaplah Penguasa Arsy yang menggenggam jiwa-jiwa kita.

Kasus Inul di atas hanyalah sekedar sebuah gambaran saja. Kasus serupa bisa saja menimpa siapa saja, dengan jenis musibah dan kadar yang berbeda-beda. Sungguh sangat jarang kita memikirkan nikmat dan karunia Allah yang setiap hari selama berpuluh-puluh tahun kita konsumsi, kita nikmati. Kita sama sekali tak pernah menghitungnya karena beranggapan semua itu toh memang harus demikian adanya. Jangankan mensyukuri, sekedar tidak iri dengan nikmat yang diberikan pada orang lain saja susah! Sudah tak terhitung nikmat yang diberikanNYA pada kita, masih kerap kita iri dengan nikmat yang diterima orang lain dan segera saja men-cap Allah tak adil!

Berapa banyak dari kita yang ketika menerima cobaan atau ditimpa musibah kemudian introspeksi dan bukannya malah mencari kesalahan pihak lain, termasuk menyalahkan Allah segala?! Banyak diantara kita yang menghitung-hitung ibadah kita kepadaNYA – yang belum tentu diterimaNYA karena mungkin bercampur riya’ dan ‘ujub – namun lupa menghitung-hitung nikmatNYA. Bagaimana kalo Allah kemudian benar-benar mengajak kita untuk hitung-hitungan, entah berapa puluh ribu tahun lagi kita harus membayar dengan ibadah kita yang tak seberapa ini?

Apalagi kalo kemudian meng-ultimatum Allah dengan akan meninggalkan sholat dan perintah-perintah Allah lainnya, karena Allah tak lagi sayang pada kita. Ibarat seorang Ibu yang mengancam tak akan memberikan uang jajan bila anaknya tak menuruti perintahnya. Seolah-olah kita jauh lebih berkuasa dibanding Allah! Ya, seolah kita mengancam Allah agar Allah selalu menuruti kehendak kita! Kalo Allah sesekali tak menuruti kehendak kita, maka itu artinya Allah tak lagi sayang pada kita; sementara kalo kita seringkali tak mematuhi perintah Allah, apakah Allah harus “maklum” dan tak boleh “menjewer” kita sebagai peringatan?!

Kalo ingin hitung-hitungan dengan Allah, sebaiknya kita hitung dulu berapa banyak nikmat Allah yang sudah kita reguk selama ini. Sudahkah kita mensyukuri dan memanfaatkannya dengan cara yang benar di mata Allah? Lalu, coba tengok diri sendiri dan coba hitung sudah seberapa banyak ketaatan yang kita lakukan, sudah berapa banyak ibadah yang kita persembahkan pada Allah? Apakah semua itu sudah seimbang untuk membayar nikmat yang kita terima dariNYA? Kalo jujur, niscaya kita akan dapati jawaban bahwa sebenarnya kita yang belum adil pada Allah. Karena itu, sebaiknya jangan pernah hitung-hitungan dengan Allah, supaya Allah juga tidak hitung-hitungan dengan kita.

Rasulullah SAW bersabda: ”Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya. Yakni, laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal, sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim)
Jelaslah bahwa ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya. Yakni, siksaan api neraka. Hal tersebut menunjukkan bahwa pamer aurat dan ”buka-bukaan” adalah dosa besar. Sebab, perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh Allah atau Rasul-Nya dan yang diancam dengan hukuman duniawi atau azab neraka adalah dosa besar



Surabaya, 30 Juni 2008 – by Ira

Rabu, 23 Juli 2008

HARGA SEBUAH KEJUJURAN


KEJUJURAN, BARANG LANGKA DI NEGERI INI




Terminal Purabaya – atau di kalangan masyarakat Surabaya & Sidoarjo akrab dikenal dengan sebutan terminal Bungurasih, adalah tempat yang sangat tak asing lagi buatku dalam 15 tahun terakhir. Sejak diresmikan pada tahun 1991 – kalo gak salah inget sih! – tak terhitung sudah berapa ratus kali aku menyinggahinya. Soalnya sejak masih kuliah sampe sudah bekerja, aku terbiasa bolak-balik Surabaya – Bondowoso untuk menengok Ibuku yang tinggal di kota kecil bagian timur Jawa Timur itu.

Terminal Purabaya tak beda dengan ratusan terminal lainnya di negeri ini, tapi ada satu hal yang membuatku sebel dengan petugas terminal Purabaya. Mungkin bagi orang lain ini masalah sepele, “cuma” menyangkut duit receh Rp. 100,-! Tapi buatku inti persoalannya bukan itu, tapi kejujuran! Ya, “KEJUJURAN”.

Ceritanya begini : setiap calon penumpang yang hendak masuk ke peron terminal diharuskan membeli tiket retribusi terminal seharga Rp. 200,- per orang. Tentu saja di tiap loket penjualan tiket terkumpul duit receh pecahan 100 dan 200 rupiah. Tapi anehnya, tiap kali membayar dengan uang Rp. 500,- petugas penjual tiket hanya memberikan kembalian Rp. 200,-! Begitu juga kalo aku membayar dengan uang Rp. 1.000,-, kembaliannya pasti cuma Rp. 700,-! Aku sudah mencoba membeli tiket dari berbagai loket yang tersedia – baik loket permanen yang persis di depan peron, maupun loket tambahan yang dibuka saat peak season penumpang (misalnya musim liburan atau selama Ramadhan dan lebaran). Namun tampaknya upayaku ini tak membuahkan hasil. Perilaku petugas penjualan tiket itu seragam : mengutip 100 rupiah dari uang kembalian. Tak peduli apakah petugasnya pria atau wanita, sudah separuh baya dan hampir pensiun ataukah masih anak muda. Tampaknya “kutipan” 100 rupiah ini sudah jadi perjanjian tak tertulis.

Melihat fenomena seperti ini, aku justru sengaja membayar dengan uang 500-an atau seribuan. Aku mencoba menguji sejauh mana kejujuran petugas, siapa tahu suatu kali akau akan menemukan masih ada seorang petugas yang jujur. Setiap kali mendapat kembalian yang jumlahnya kurang, aku pasti tak akan beranjak dari loket – sehingga menghalangi calon pembeli tiket di belakangku – sampai petugas menanyakan : “sudah mbak, apa lagi?!” Dengan tegas aku akan menjawab : “Kembaliannya kurang Rp. 100,- pak!”. Dan selalu pula perlakuan yang kuterima sangat tidak menyenangkan. Umumnya petugas akan melempar/menyentil kepingan uang logam 100 perak dengan muka masam bahkan bersungut-sungut! Gila! Aku meminta apa yang menjadi hakku lho! Kok berani-beraninya mereka memperlakukan pelanggan seperti itu! Perlakuan seperti ini pun seragam! Artinya hampir semua petugas menunjukkan reaksi sama : marah, cemberut, melotot, ngedumel dan beragam ekspresi tak menyenangkan lainnya, saat diminta memberikan uang kembalian sesuai jumlah yang seharusnya. Kalo petugasnya cewek, wow… bisa lebih judes lagi reaksinya!

Satu kalimat yang paling kutunggu-tunggu keluar dari mulut para petugas itu, sebab aku pun sudah menyiapkan jawaban jitu. Kalimat itu adalah : “Duit 100 rupiah aja Mbak, kok dipersoalkan!”. Maka aku akan menjawab dengan tenang : “Duit 100 rupiah aja lho Pak, kok dibelain korupsi! Emangnya Bapak rela ntar dineraka dibakar cuma gara-gara duit 100 perak yang bukan hak Bapak?!”. Bahkan seandainya para petugas loket penjualan tiket kompak, aku siap ber-adu argumen dengan mereka!

Ya, persoalannya bukan cuma pada nilai 100 rupiah! Sebenarnya nilainya pun tak bisa dibilang Rp. 100,- sebab dalam sehari ada ribuan calon penumpang yang masuk peron terminal Purabaya, terminal paling gede di Jawa Timur, sekaligus sebagai pintu gerbang masuk ke Jawa Timur dari propinsi lain di Jawa. Belum lagi kalo musim liburan atau hari-hari padat arus mudik dan arus balik sekitar lebaran, bisa ratusan ribu penumpang per harinya. Kalikan saja Rp. 100,- dengan 10.000 penumpang, jumlahnya udah sejuta! Kalo 365 hari dalam setahun berapa duit “tak halal” tuh yang mereka kumpulkan dan masuk ke kantong pribadi?!

Perilaku ini sudah terjadi bertahun-tahun tanpa ada yang menghentikannya. Memang ini bukan kerugian negara sih, “cuma” kerugian para calon penumpang saja! Karena itu yang peduli untuk “ngotot” meminta hak-nya hanya segelintir calon penumpang yang kritis kayak aku ini. Bukankah kami berhak mendapat pelayanan sebagaimana mestinya dan membayar sesuai jumlah yang ditetapkan dalam Perda, bukan “dipalak” secara semena-mena oleh petugas?! Bukankah para petugas itu sudah mendapat gaji dari Pemerintah mengingat statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Perhubungan?! Aku selalu liat mereka pakai seragam kok! Lengkap dengan badge dan simbol-simbol laon yang ditempel di lengan dan dada. So, kalo ini gak bisa dibilang korupsi – sebab tak ada unsur kerugian negara – lalu istilah apa yang paling tepat untuk perilaku para petugas itu?! PUNGLI?!

Sudah hampir dua tahun ini aku jarang menginjakkan kakiku di terminal Purabaya, sebab Ibuku kini pindah ke Bekasi sehingga aku tak perlu lagi bolak-balik ke Bondowoso. Namun, beberapa hari lalu, secara tak sengaja sepulang kantor lewat radio mobil aku mendengar keluhan seseorang yang dialamatkan ke sebuah radio FM swasta di Surabaya yang terkenal selalu menyuarakan keluhan masyarakat. Si penelpon mengeluhkan perilaku petugas loket penjualan tiket retribusi di terminal Purabaya, yang selalu mengutip kembalian 100 rupiah. Dan kalo ada pembeli yang kritis meminta kembalian dalam jumlah yang sesuai, petugas akan mengemblikan duit dengan cara tak sopan dan ekspresi wajah penuh kemarahan! Nah lho! Berarti “penyakit” itu gak kunjung sembuh juga sampai sekarang!

Aku sangat prihatin dengan fenomena ini, yang seolah dibiarkan bahkan dilegalkan, buktinya berlaku di semua loket penjulan tiket tanpa kecuali! Yang membuatku sedih, petugas itu melakukannya tanpa sedikitpun terbebani rasa bersalah. Mereka mengkorup kembalian 100 rupiah sambil tetap ber-haha-hihi dengan rekan kerja di sampingnya (yang tentu saja melakukan hal yang sama). Bahkan reaksi marah kalo ada calon penumpang yang ngotot meminta duit kembaliannya utuh, menunjukkan bahwa mereka justru memandang orang seperti ini “reseh”! Padahal mereka menuntut apa yang menjadi hak mereka! Sedangkan petugas itu mengutip uang yang bukan menjadi hak-nya!

Memang, hal yang keliru tapi dilakukan dalam kurun waktu yang lama dan dilakukan oleh banyak orang secara berjamaah, lama-lama akan menjadi “salah kaprah” – suatu tindakan salah yang dianggap sudah kaprah, sudah semestinya. So, kalo perilaku seperti itu sudah dianggap kaprah, jangan heran kalo lama-lama korupsi menjadi budaya yang mengakar di tengah masyarakat Indonesia! Pantesan fenomena korupsi berjamaah – dilakukan oleh oknum institusi secara beramai-ramai –makin marak di negeri ini! Orang jujur makin langka dan kejujuran jadi barang mewah yang tak terbeli lagi oleh hati nurani yang makin lama kian miskin tergerus mental materialistis. Budaya materialisme telah membuat orang jujur yang mencoba bertahan dengan prinsipnya, jadi tampak aneh di planet bumi yang makin tua bukannya makin dipenuhi manusia-manusia yang arif, namun dihuni sekelompok makhluk yang sudah jadi budak materi! Semoga kita termasuk kelompok yang “aneh” itu, namun tidak sesat di mata ALLAH! Amien.

Surabaya, 23 Juli 2008 (Ira)




Jumat, 13 Juni 2008

SEMPURNANYA KITA DICIPTAKAN ...



Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita,

karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang.

Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.


Kita dilahirkan dengan dua buah telinga di kanan dan di kiri,

supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua sisi.

Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.


Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita.

Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya.

Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita dan ide kita.

Dan apa yang anda pikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan


DO'A DI PENGHUJUNG HARI ...


End of the Day Prayer...


God,

At the end of the day,
let me not dwell on my failures
or recount my disappointments.
Let my heart not be heavy
over the day's frustrations,
the cold voices,
and minor vexations.

Remind me that there's
so much more to life than worry,
pain and trivial strife.

Let me not be blind
to each tiny pleasure.

Remind me that each little blessing
is something to treasure.

Let me hear children's laughter,
the voice of a dear friend;
and let the warm memories
revive me...
when a long day ends.

And wrap me tight in your arms,
once my worries depart;
never let me forget Your love
lest I forget my heart.